Tentang Jarak Antara Bumi Dan Surga

Oleh : Ayu Andira

Kelahiran : Labuhan Kuris, 12 September 2003

Prodi: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Semester : 5

Universitas Samawa

 

SUMBAWA BESAR, 28) 10) 2023,matajitunews.com

-Hay namaku Ayu lengkapnya Ayu Andira, nama yang sangat indah bukan, namun saat ini aku bukan membahas tentang namaku, aku membahas tentang kisahku bersama laki-laki hebat ku. Siapakah laki-laki hebat yang ku maksud itu?

 

Jelas dan tak bukan laki-laki hebat yang ku maksud ialah ayahku. Ayah yang selalu memanjakan ku, namun bahagia yang ku anggap amarta ternyata fana, asa telah sirna, litani tak terucap berakhir nestapa. Wajahmu bagaikan aksara yang selalu berlarian, namun tak dapat ku gapai maupun ku sentuh, aku kerap kali menyiksa diri ku dengan renjana yang begitu dalam, yang selalu amerta dalam karyanya. Bukan aku tidak paham tentang kematian namun kehilanganmu bukan perkara mudah bagi ku.

 

14 jalan 15 tahun aku tanpa kehadiran sosok mu menemani tumbuh dewasa ku ayah. Di balik hujan selalu ada pelangi yang tak sabar menampakkan diri dari persembunyiannya. Seperti halnya aku yang selalu menulis dibalik keraguan dan ketakutan untuk merahasiakan pada dunia. Berawal saat aku masih berusia lima tahun kabar yang sebenarnya belum siap aku hadapi ternyata mau tidak mau aku dengar. Mulai hari itu hati ku di paksa kuat sebelum waktunya, yang dimana dunia ku seakan runtuh dalam sekejap. Saat seseorang mengatakan bahwa kau sudah lebih dulu bertemu Tuhan dan meninggalkan ku, yang jelas masih banyak membutuhkan belas kasih sayang mu, ku sebut kau kejam ayah, sebab kau pergi tanpa pamit dengan ku terlebih dahulu. Masih ingatkah engkau, dulu kita pernah memiliki impian bersama, namun impian sederhana itu seketika hancur lebur tiada arti, tanpa menyisahkan keping sisa, saat pandangan ku tertuju pada jasad mu yang terbaring kaku di pembaringan. Sempat aku mendapati foto dirimu saat muda dan harapku agar kau bisa hadir kembali menemani hari-hari ku, ibaratnya aku adalah aksara yang kehilangan makna dan potret dirimu adalah fatamorgana indah yang ku paksa menjadi nyata. Sejak hari itu tangis ku sudah menjadi rutinitas, aku selalu berteman dengan air mata karena rindu ku yang sepihak. Canda tawa mu yang tak pernah hilang dalam ingatan ku. Sungguh masih lekat sampai detik ini, esok bahkan selamanya, selama aku masih bernafas, hingga saat kita di pertemukan kembali.

 

Teringat di balik bentangan kain putih bersih tanpa noda, wajah teduh mu pergi dengan iringan doa-doa. Ayah sampaikah setiap doaku? Yang ku titipkan dalam sayup-sayup kalam ilahi, yang kubaca dalam teduhnya tatap matamu dalam qalbu ku. Kau perginya terlalu pagi ayah, apakah disana terlalu indah sehingga kau dengan terburu-burunya pergi mengunjunginya, dulu kau melarang ku untuk bermain jauh dari rumah, tetapi sekarang kaulah yang mainnya terlalu jauh, sampai aku tak dapat menemukan mu kembali. Peran mu hanya terhenti di lima tahun ku, dan bisakah aku kembali ke lima tahun ku lagi, nyatanya itu sebatas angan. Ingin sekali menghabiskan waktu mu yang singkat itu dengan penuh makna. Seringkali ku menatap langit dan seakan engkau juga melihat ku dari atas sana, mata kita pun beradu tanpa sengaja. Sungguh aku tumbuh dengan luka, kuat ku karena mu ayah, dengan mengingat wajah teduh mu yang sudah empat belas tahun yang lalu tak terlihat oleh mata. Setiap malam kebiasaan ku menulis pada secarik kertas tentang sejuta rinduku padamu yang pergi tanpa isyarat. Rindu yang terhalang dimensi dunia dan surga, rindu ku yang tidak pernah menemukan ujung.

 

Hay ayah perlu kau tahu, sekarang aku sudah terbiasa bangkit dengan kedua kaki ku yang terlihat tegar dan kuat, walau sebenarnya sangat lemah, namun ku paksa untuk bisa menopang ku. Karena sebuah pundak yang dulu menyemangati ku sudah lama hilang. Lihatlah aku ayah, seorang putri kecil mu yang dulu amat manja pada dirimu, sudah tumbuh dewasa bertemankan peran seorang ibu dan kedua saudara ku yang tak luput. Aku sudah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi ayah. Sungguh besar harapan ku, pulang ke rumah sederhana kita dan bercerita pada mu sepanjang hari, bercerita tentang segalanya. Sering kali ku termenung pada sisi dinding kamar kost ku menghayalkan kehadiran mu kelak saat aku menerima kelulusan dan kau dapat menyaksikan aku memakai dan memindahkan tali toga dengan bangganya, dapat kau bayangkan betapa cantiknya gadis kecilmu saat itu ayah. Di balik itu semua, anganku akan tetap menjadi angan ku yang abadi. tak usahlah risau ayah aku tetap menjadi putri kecil mu yang tak pernah terlihat dewasa, bak seperti dahulu. Aku adalah sih bungsu yang selalu merindukan sosok cinta dari seorang ayah sepertimu. Doakan putri kecilmu ini ayah untuk selalu kuat dan ajarkan aku untuk selalu tersenyum dan terlihat baik-baik saja didepan semua orang, seperti halnya yang kau lakukan dulu pada ku dan keluarga kecilmu. Bimbing dan genggam tangan kecilku menuju hari yang cerah ayah. Walaupun ini terdengar sedikit lucu dan mustahil namun ku pastikan bahwa kau selalu berada di samping ku memantau hariku dengan senyum indah mu. Walau kau tak terlihat oleh mata namun hatiku begitu yakin berkata bahwa kau tak pernah melangkah jauh dari sisi ku. Dunia harus tahu, bahwa aku juga memiliki seorang ayah yang tak kalah hebatnya, layaknya seorang ksatria tak berkuda yang tak pernah bisa tertandingi oleh siapapun. Satu kata ku untuk mu selamanya, aku mengingat mu dengan segala rasaku padamu, entah itu rasa sayangku, rinduku, atau anganku. Akan tetap terpampang nyata dalam relung hatiku. Kau istimewa dengan sederhana mu. Sampaikan salam ku pada sang khalik yang maha sempurna, terima kasih atas hadiah luka terbaiknya untuk ku.(*)

Mau punya Media Online sendiri?
Tapi gak tau cara buatnya?
Humm, tenang , ada Ar Media Kreatif , 
Jasa pembuatan website berita (media online)
Sejak tahun 2018, sudah ratusan Media Online 
yang dibuat tersebar diberbagai daerah seluruh Indonesia.
Info dan Konsultasi - Kontak 
@Website ini adalah klien Ar Media Kreatif disupport 
dan didukung penuh oleh Ar Media Kreatif